widgets

web widgets

Jumat, 29 Agustus 2014

ATASI KEGANASAN KERA LEMPUYANG "Semua Pihak Mesti Mulat Sarira dan Memurnikan Penangkilan Seperti Dahulu"



Wakil Bupati Karangasem, I Made Sukersana, SH
Kekhawatiran bercampur ketakutan kini menghantui para pemedek maupun warga yang hendak nangkil ke Pura Lempuyang Luhur, Purwayu Abang. Betapa tidak,  kera yag kini makin banyak menghuni hutan setempat kini bringas menyerang manusia. Tak kurang 30 warga tercatat menjadi korban gigitan kera, terakhir pedagang warga setempat suami istri dan pecalang (sniper)  juga tak luput menjadi sasaran gigitan gigi kera yang disebut bagai pisau silet. 
Wakil Bupati I Made Sukersana, SH mengaku miris melihat kebringasan kera Lempuyang. Jika ditelisik situasi semenjak dulu, dikatakan Wabup Sukerana, tidak pernah ada kamusnya kera gigit manusia. Tuduhan kera mengidap virus rabies juga tidak terbukti, jadi apa gerangan penyebab kera menjadi marah. Penangkilan menuju Pura Lempuyang dahulu begitu keramat, piit dan hidmat. Jangankan berani makan daging sapi jika hendak nangkil, berkata-kata tidak senonohpun tidak diperkenankan para tetua kita. Tradisi dan mitos itu diterima turun temurun ditaati sehingga tidak pernah terjadi masalah. Jika pemedek memang cuntake atau tidak berkenan biasanya gagal menuju puncak. Begitu beratnya medan perjalanan mendaki Lempuyag dahulu sebelum ada tangga, membuat pemedek tertantang dan penasaran untuk selalu bisa menundukkan puncak Lempuyang agar  bisa nangkil bersembahyang, dengan persiapan prima. Tidak jarang perjalanan dibelukar hutan dihadang banyak pacet yang siap menghisap darah kaki manusia jika tidak siap berjalan nangkil ke puncak.
Wabup Sekerana tidak hendak menyalahkan siapa-siapa dalam kasus kebringasan kera Lempuyang yang sudah merenggut jatuh korban. Ia mengajak semua pihak hendaknya mulat sarira dan jika memungkinkan memurnikan kembali perjalaan menuju Luhur dari Telaga Mas seperti dahulu, hanya untuk kepentingan bersembahyang / maturan semata. Kendati kini Pemprop Bali dan Pemkab Karangasem bersinergi hendak mengatasi masalah, namun seluruh masyarakat khususya umat hindhu agar bisa jernih merenung sekala niskala sebagaimana tradisi keyakinan umat Hindu di Bali semenjak dahulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar