Wakil Bupati Karangasem, I Made Sukersana, SH |
Kekhawatiran bercampur ketakutan kini
menghantui para pemedek maupun warga yang hendak nangkil ke Pura Lempuyang Luhur,
Purwayu Abang. Betapa tidak, kera yag
kini makin banyak menghuni hutan setempat kini bringas menyerang manusia. Tak
kurang 30 warga tercatat menjadi korban gigitan kera, terakhir pedagang warga
setempat suami istri dan pecalang (sniper)
juga tak luput menjadi sasaran gigitan gigi kera yang disebut bagai
pisau silet.
Wakil Bupati I Made Sukersana, SH
mengaku miris melihat kebringasan kera Lempuyang. Jika ditelisik situasi
semenjak dulu, dikatakan Wabup Sukerana, tidak pernah ada kamusnya kera gigit
manusia. Tuduhan kera mengidap virus rabies juga tidak terbukti, jadi apa
gerangan penyebab kera menjadi marah. Penangkilan menuju Pura Lempuyang dahulu
begitu keramat, piit dan hidmat. Jangankan berani makan daging sapi jika hendak
nangkil, berkata-kata tidak senonohpun tidak diperkenankan para tetua kita.
Tradisi dan mitos itu diterima turun temurun ditaati sehingga tidak pernah
terjadi masalah. Jika pemedek memang cuntake atau tidak berkenan biasanya gagal
menuju puncak. Begitu beratnya medan perjalanan mendaki Lempuyag dahulu sebelum
ada tangga, membuat pemedek tertantang dan penasaran untuk selalu bisa
menundukkan puncak Lempuyang agar bisa
nangkil bersembahyang, dengan persiapan prima. Tidak jarang perjalanan dibelukar
hutan dihadang banyak pacet yang siap menghisap darah kaki manusia jika tidak
siap berjalan nangkil ke puncak.
Wabup Sekerana tidak hendak
menyalahkan siapa-siapa dalam kasus kebringasan kera Lempuyang yang sudah
merenggut jatuh korban. Ia mengajak semua pihak hendaknya mulat sarira dan jika
memungkinkan memurnikan kembali perjalaan menuju Luhur dari Telaga Mas seperti
dahulu, hanya untuk kepentingan bersembahyang / maturan semata. Kendati kini
Pemprop Bali dan Pemkab Karangasem bersinergi hendak mengatasi masalah, namun
seluruh masyarakat khususya umat hindhu agar bisa jernih merenung sekala
niskala sebagaimana tradisi keyakinan umat Hindu di Bali semenjak dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar