widgets

web widgets

Senin, 22 September 2014

KEMARAU EMBUNG KEWALAHAN SUPLAY AIR BAKU "Karangasem Miliki 13 Embung"

  
salah satu embung giomembran di kabupaten karangasem
    E
mbung geomembran yang dibangun Pemkab. Karangasem untuk  mengatasi keterbatasan penyediaan air baku bagi  lapisan masyarakat bagian atas  sudah  terbukti cukup efektif dan kewalahan menyuplay air baku di musim kemarau. Saat ini sebagian besar embung persediaan airnya menipis tinggal sekitar 40-50cm dan beberapa embung malah sudah habis digunakan warga.
      Menurut Kadis PU Ir. Ida Bagus Ketut Oka, Senin (22-9-2014), cepat habisnya air embung disebabkan terus digunakan warga sehingga stok makin menipis dan beberapa embung sudah habis. Untuk itu  tahun 2014 kembali membangun  2 embung di Bukit Tumbu dengan nilai 10 milyar lebih dan di Dukuh Kubu dengan nilai sekitar 8 milyar rupiah lebih.
       Dikatakan, fungsi air embung sangat penting bagi pemenuhan air warga di daerah atas karena tidak bisa dijangkau pipa PDAM. Kini Pemkab Karangasem telah memiliki 11 embung yang telah dimanfaatkan masyarakat airnya. Ke 11 embung tersebut antara lain Embung Seraya Timur kapasitas  daya tampung 21.252 m3 (dua kolam tampung), Pasar Agung kapasitas 4.432 m3, Nangka berdaya tampung 6.231 m3, Yeh Kori berkapasitas 5.133m3, Kedampal dengan volume daya tampung 16.250 m3, Baturinggit berkapasitas 14.048 m3, Batudawa berdaya tampung 8.064 m3,  Besakih memiliki daya tampung 16.750 m3, Muntig kapasitas 26.250 m3, Badeg Dukuh berkapasitas 11.173 m3 dan Embung Telun Buana kapasitas 8.100 m3, Embung lokasi Tanah Aron berkapasitas 12.000 m3 dan Embung  Datah II dengan kapasitas sekitar 19.000 m3.
Kadis PU Ir. Ida Bagus Made Oka, menambahkan, musim kemarau yang rutin datang tiap  tahun dampaknya memang dirasakan sebagian masyarakat Karangasem sebagai musim paceklik. Namun demikian, kebijakan Pemkab Karangasem sudah mengambil kebijakan yang tepat dengan membangun sejumlah embung berskala besar disejumlah lokasi daerah atas. Maka  disaat musim kering seperti ini stok air embung geomembran itu banyak membantu warga. Kendati kekeringan dirasakan oleh sejumlah warga namun masih dibantu adanya stok air embung yang kini masih ada yang tersedia. Kapasitas embung sudah semenjak 3 tahun terakhir dapat dimanfaatkan membantu warga dalam hal kebutuhan air baku.  Seperti Embug di Kedampal dimanfaatkan 242 KK dari  390 KK warga Kedampal,  yang mendapatkan suplay air dari sumber air baku di embung Kedampal dan hanya 148 KK sisanya mengandalkan sumber air tadah hujan yang ditampung di cubang-cubang bantuan Pemkab Karangasem dan berbagai pihak.
       Dikatakan, disamping penyediaan air melalui embung Bupati Karangasem juga sudah berhasil membebaskan Seraya dari kekurangan air rutin sepanjang  tahun selama ini melalui perjuangan pendanaan dari pusat serta distribusi air baku Telaga Waja ke 7 Kecamatan termasuk Kecamatan Kubu untuk membantu warga dibagian bawah menyediakan air bersih. PR utama Karangasem yang kritis air bersih kini sudah mampu diatasi. 
             Bupati Karangasem I Wayan Geredeg, SH, M.AP mengatakan, dalam mengantisipasi masalah kekeringan Pemkab Karangasem telah berhasil melaksanakan program mengatasi keperluan akan air bagi masyarakat Karangasem, yakni  melalui Program Distribusi Air Baku Telaga Waja untuk 7 Kecamatan, Optimalisasi dan normalisasi sejumlah mata air  dan optimalisasi suplay air ke kantong kekeringan Seraya Barat, Tengah dan Timur yang setiap tahun biasanya menjerit kekurangan air, kini sudah tidak terjadi lagi. Bahkan Kementerian PDT memuji kebijakan tersebut  memprioritaskan membangun bidang penyediaan air bagi masyarakat,  sebagai salah satu kebutuhan paling urgen, sebagai batu loncatan meningkatkan taraf kesejahteran masyarakat dan menggenjot pengembangan potensi lainnya.
 Disamping penyediaan air melalui sistim embung,  Bupati Karangasem juga sudah berhasil membebaskan Seraya dari kekurangan air rutin sepanjang  tahun selama ini. Melalui perjuangan pendanaan dari pusat serta distribusi air baku Telaga Waja ke 7 Kecamatan termasuk Kecamatan Kubu untuk membantu warga dibagian bawah menyediakan air bersih. PR utama Karangasem yang kritis air bersih kini sudah mampu diatasi. 
            Menurut Ketua Badan Pengelola Embung I Ketut Sudiasa (37), Jika tidak ada embung masyarakat membeli air per jerigen (35 liter-setiap 2 – 5 hari). Air embung digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti minum, masak, mandi, ternak dan perkebunan. Stok air embung akan habis jika terus dialirkan selama 4 -6  bulan, jika tidak dihemat air embung pun segera habis karena dipakai setiap hari.  Sedangkan air cubang dimanfaatkan untuk  keperluan minum, memasak, cuci, ternak dan lainnya. Justru masyarakat tergantung terhadap  stok air embung yang ada satu-satunya bisa menolong  masyarakat, paling tidak  dapat mengurangi  warga  membeli air di musim kemarau.
      Sedangkan Kepala Dusun Yeh Kori I Wayan Subrata (42) didampingi Prajuru Adat Sumardana (39), sumber air embung Yeh Kori tidak optimal bermanfaat, justru saat kemarau tiba mulai sasih Kapat,  air  embung baru mulai dibuka untuk dialirkan  ke pipa sepanjang 2 Km. Bahkan akibat tingginya penggunaan air oleh warga selama 3 bulan saja air  embung sudah  habis. Bahkan untuk menambah suplay warga di Dusun Nampo yang pipanya sudah  dibangun PNPM sepanjang 5 Km belum dapat digunakan karena stok air terbatas. Untuk itu warga mengusulkan agar pemerintah bisa menambah embung penampung air hujan dari batu pilah dilereng gunung agung diatas, untuk dapat menambah stok air lebih besar lagi dibanding embung yang sudah ada.
         Saat ini  air cubang Yeh Kori sedang ditutup tidak dialirkan kebawah melalui pipa sepanjang sekitar 2 Km dengan 3 titik kran umum. Jika sudah mulai musim kemarau maka pipa saluran terisi air cubang mulai dimanfaatkan warga. Bahkan menurut Subrata air embung Yeh Kori diyakini  warga merupakan berkah dari Gunung Agung sehingga ia berani minum langsung yang pernah dilakukan dan tidak menimbulkan efek, sepanjang masih ada mahluk hidup di air embung  tetapi saban harinya biasanya dimasak lebih dahulu oleh warga.
           Bahkan Jro Mangku Kerta (50) dan I Wayan Selamet (40) yang saban hari menggunakan air cubang untuk keperluan minum, memasak, cuci, ternak dan lainnya membantah keras jika air embung disebutkan belum bermanfaat optimal. Justru masyarakat tergantung terhadap  stok air embung yang ada satu-satunya bisa menolong  masyarakat, paling tidak  dapat mengurangi  warga  membeli air di musim kemarau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar