widgets

web widgets

Sabtu, 22 November 2014

BUPATI GEREDEG SAMBUT TIM FAO "Desa Bugbug Jadi Model Pengelolaan SDA Berbasis Pemberdayaan"


Kunjungan Tim Penilai FAO
Humas Karangasem - Bupati Karangasem I Wayan Geredeg, SH menyambut kedatangan Tim Penilai dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (Food and Agriculture Organization/FAO) di Gedung Pertemuan Desa Adat Bugbug, Jumat (21/11/2014). Kedatangan Tim Penilai dipimpin langsung Deputi Urusan Pemberdayaan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, FAO Representative Indonesia dan FAO Roma, Dr. Ir Pamuji Lestari, MSC. Sambutan tersebut menjadi rangkaian penilaian terhadap Desa Bugbug yang masuk sebagai model Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (Globally Important Agriculture Heritage System/GIAHS). 
Dalam kunjungan ini, Desa Bugbug menampilkan berbagai hasil pertanian dan makanan olahan yang dibuat dari hasil pertanian tersebut. Selain itu, diperlihatkan juga ritual upacara masyarakat yang ditujukan untuk mengatasi hama dilahan persawahan.
FAO Representative Indonesia, Dr. Herianto Ageng mengungkapkan, Desa Bugbug mempunyai potensial untuk diajukan sebagai salah satu warisan sistem pertanian di Indonesia. Namun, tidak menutup kemungkinan keberadaan Desa Bugbug ini akan diajukan sebagai warisan sistem pertanian dan pangan dunia. “Kita mencoba untuk mengajukan sistem pertanian Desa Bugbug ini untuk diakui di tingkat dunia. Setelah itu akan ada upaya untuk memperbaiki setelah diakui sehingga hasil pertaniannya bisa lebih dimanfaatkan,”katanya

Kepala Landscape Management Laboratory Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Hadi Susilo Arifin menjelaskan, Desa Bugbug terpilih sebagai perwakilan Bali untuk bertarung dengan lima provinsi lainnya dalam memperebutkan pengakuan dari FAO. Menurutnya, Desa Bugbug ini sangat cocok menjadi model sebagai warisan sistem pertanian dan pangan dunia karena memiliki konsep Nyegara Gunung.
Desa yang memiliki luas 815 hektar tersebut, terdiri dari wilayah perbukitan dan pesisir. 40 persen dari luas desa tersebut terdiri dari lahan pertanian yang terbagi menjadi lima subak. “Desa Bugbug ini lebih khas dari desa lain karena memiliki perbukitan dan tepi laut. Dengan demikian hasil tanaman, ternak dan ikan lengkap.  Di Desa Bugbug ini lengkap dari hulu sampai ke hilir,”tuturnya yang menambahkan Desa Bugbug memiliki keindahan yang bisa menjadi objek wisata.
Sementara itu dalam kesempatan tersebut, Bupati Karangasem I Wayan Geredeg, SH mengungkapkan, Kabupaten Karangasem merupakan salah satu dari 48 Kabupaten Kota yang masuk dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) dan pada tahun 2012 terpilih dan ditetapkan dalam 10 kabupaten/kota kelompok A (prioritas) dalam program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP).
Dikatakan, Karangasem dengan luas wilayah 839,54 Km2 terluas ketiga di Provinsi Bali dengan jumlah penduduk jiwa 457.204 jiwa kaya akan keragaman potensi asset pusaka baik Pusaka budaya (cultur heritage), Pusaka alam (Natural Heritage)dan Pusaka Saujana. Salah satu dari aset pusaka adalah Desa Tradisonal Bugbug.
Desa Adat Bugbug merupakan salah satu Desa Tradisional di Kabupaten Karangasem dengan keragaman bentang alam serta keindahannya dari perbukitan, dataran dan hamparan pantai. Selain itu juga memiliki keanekaragaman hayati dengan system pengelolaan pertanian tradisional berdasarkan kearifan lokal yang diadaptasikan dengan pengetahuan dan teknologi didukung oleh lembaga pertanian tadisional seperti subak dan kelompok nelayan dalam mengelola pertanian secara terintegrasi sehingga diharapkan dapat menciptakan keberlanjutan system pertanian yang tangguh dan berbudaya.
Karena itu, Bupati Geredeg berharap agar nantinya sebagaimana proposal yang telah diajukan oleh Pemerintah Indonesia , Desa Bugbug dapat tercatat dan diakui oleh dunia sebagai model GIASH FAO. Pengakuan ini bukan sekedar prestise atau prestasi semata namun lebih kepada Desa Bugbug nantinya dapat menjadi Desa Tradisional Agraris yang mampu mewujudkan GIASH sebagai model pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Pemberdayaan Masyarakat bisa mengangkat nilai lokal menjadi nilai Universal yang mendunia. “Yang terpenting dengan model pengelolaan tersebut dapat dapat berkelanjutan dan mampu mensejahterakan masyarakatnya”, ucapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar