widgets

web widgets

Jumat, 26 September 2014

Insinyur listrik Jerman Peter Karang Pulang Kampung "RINTIS KETAHANAN ENERGI TERBARUKAN VEGETABLE OIL"

     
AA Gede Karang(Gung Peter) di dampingi Kabag Humas dan Protokol Setda Kab. Karangasem, Drs. I Putu Arnawa,S.Ag,M.Si saat bertandang ke Bagian Humas Pemda Karangasem, Jumat (26/9/2014)
      Terpanggil pulang ke kampung halaman Kota Amlapura Karangasem bagi seorang Cendekiawan – Ilmuan kelas Internasional selevel Habibie tidaklah lazim. Namun hal itu tidak berlaku bagi AAG Piter Karang, Diplom-Ingenieur Alumnus Perguruan Tinggi Teknik di Koeln Jerman Barat. Dia memilih pulang ke kampung halamannya setelah melanglang buana dan bekerja pada galangan kapal selam,pabrik mesin turbin dan mesin perkakas, terakhir sebelum pensiun sebagai Analis Kebijakan Industri Pertahanan dan setelah itu Kepala Bidang Pemetaan Potensi Iptek di Kementerian Ristek RI era Gus Dur, Megawati, dan SBY. Putra sulung mantan Bupati Karangasem AA Gede Karang itu, saat di temui (26/9/2014) di Amlapura, mengaku kini mengakhiri pengabdiannya sebagai seorang praktisi teknik di industri Jerman serta staf ahli di kementerian, dengan memberi purnabaktinya dan sumbangsih bagi tanah leluhurnya Karangasem. Ilmuan yang dikenal sangat nyentrik di Ristek karena rambut gondrongnya, di mana hanya dia yang dibolehkan berpenampilan seperti itu di kantornya.

         Ia berobsesi untuk merintis ‘Proyek Strategis’ yaitu membangunan pabrik bahan bakar minyak dari sumber yang terbarukan – menghasilkan bio-fuel yang berbentuk BBM Diesel  dan Jet-fuel untuk  pasar ekspor  memenuhi permintaan dua maskapai penerbangan Eropa yaitu Lufthansa dan KLM yang merupakan dua raksasa penerbangan dunia. AA Gede Karang yang akrab di sapa Gung Peter di Karangasem, kini tinggal di Puri Kerthasura sebelah timur Lapangan Chandrabuana Amlapura seorang diri. Meski kondisi dalam keadaan setengah mau rusak berat tapi satu bagian kamar masih bisa ditempati setelah dilakukan renovasi. Ia mengaku belum memiliki cukup dana untuk melakukan renovasi puri, rencananya akan melakukan pendekatan ke lembaga pelestari budaya agar bisa menjadikan puri sebagai pusat budaya dan informasi masa lalu masa kerajaan.
            Menceritakan  ide besarnya untuk membangun infrastruktur manufaktur produk BBM terbarukan dari sumber buah pohon Camelina, jika bisa berjalan akan memberi keuntungan luar biasa bagi petani, masyarakat, pemerintah dan pengguna BBM, mengingat trend penggunaan minyak dari fosil kedepan bakal segera digantikan oleh sumber minyak terbarukan. Perusahaan besar Waterland Global yang kini sudah ada di Indonesia untuk eksport minyak tersebut, baru beroperasi kecil-kecilan ada di Purwodadi dan Gerobogan. Karena pihak Perhutani belum  mampu meyediakan lahan seluas 5.000 Ha maka terbuka peluang bagi Karangasem untuk bisa membudidayakan tanaman Camelina sebagai sumber bahan bakar minyak. Bahkan kini sudah merintis penjaga ke lapangan sejak tahun 2012 dalam mencari lahan di Datah, Abang dan sekitarnya untuk bisa bekerjasama dengan petani dalam menanam tanaman tersebut. Tanaman Camelina mudah tumbuh di daerah tropis diperkiran sekitar 3 bulan sudah berbuah dan dapat memberi penghasilan bagi petani.
            Khusus dalam proyek besar tersebut pihak investor diberi aturan oleh Uni Eropa untuk tidak boleh mengakuisisi lahan dan pihak investor pun tidak berkepentingan untuk itu, melainkan bekerjasama dengan pemilik dan penggarap lahan dengan membeli panenannya, karena tujuannya untuk memberdayakan masyarakat petani hulu hingga ke hilir. Sistem industri tanaman energi menerapkan teknologi tinggi di mana setiap pohon yang dipelihara terpantau oleh satelit, bahkan disela tanaman induk juga bisa dilakukan penanaman tumpang sari yang murni dimiliki petani seperti tanaman sereh untuk minyak sereh dan sebagainya.
            Untuk masalah bibit, menurut Gung Peter bisa didatangkan dari Inggris dan dikembangkan selanjutnya di Karangasem. Model pemberdayaan petani seperti ini ditandaskan agar tidak terlampau melakukan perhitungan secara ekonomis tetapi terpenting dapat menguntungkan petani dan keberpihakan pemerintah guna pemberdayaan para petani. Ke depan berkat pengembangan tanaman Camelina di dunia, maka yang berpotensi menjadi produsen utama adalah dua Negara besar, yaitu Brazil dan Indonesia.
            Menurut mantan Analis Industri Pertahanan Ristek tersebut, agar program strategis ini bisa berjalan selayaknya, didalamnya harus ada keterlibatan stokeholder pemerintah Kabupaten, masyarakat dan investor. Bahkan jika mungkin dari unsur Pemkab berprakarsa melakukan komunikasi ke Kantor Waterland Global di Renon Denpasar untuk mengajukan perencanaan masalah tersebut sehingga lebih menjamin keberhasilan dan kelancarannya. Masalah investor dapat dikomunikasikan dan dikonsultasikan lebih jauh agar mendapatkan investor yang murni berorientasi untuk pemberdayaan masyarakat dan ketahanan energi Indonesia.
            A.A Gde Peter Karang, Dipl.-Ing  (62) sebelumnya bekerja dan lama bermukim di Jerman, Alumnus FH  Koeln – Jerman, menamatkan SD di Klungkung tahun 1964, SMP di Negara dan SMPN2 Denpasar tahun 1967 da tamat SMAN 1 Denpasar tahun 1970. Setamat SMA sempat masuk ITB selama 6 bulan dan melanjutkan di Jerman  mulai tahun 1971. Setelah tamat melanjutkan bekerja di Jerman berpindah-pindah dari industry mesin perkakas, galangan kapal selam, industry permesinan, dan kelistrikan. Di Jerman Gung Peter terakhir bekerja pada lembaga R&D Jerman, Fraunhofer di Freising, Bayern, Jerman Selatan.
            Mengenai informasi pembiayaan investasi di bidang bio-fuel diperkirakan hingga triliunan rupiah demikian pula dengan proyek Pengelolaan Sampah Terpadu di Kota Denpasar dengan teknologi dari Brasil (Vanitelli) yang kini sedang berproses . Ia heran mengapa di Indonesia senang sekali malakukan hambatan pelaksanaan program dari sisi finansial padahal program tersebut sangat strategis dan bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar